MEDIASELEKTIF.COM - Ustadz Muhammad Alif Khalifah mengingatkan, keluarga merupakan pondasi awal dalam membangun kehidupan umat dan bangsa.
"Keluarga memiliki peran penting dalam membentuk masyarakat Islami. Keluarga Islami adalah rumah tangga yang di dalamnya mampu mewujudkan kehidupan yang sakinah, mawadah dan rahmah setiap harinya," katanya ketika bertindak menjadi Khatib dan Imam Shalat Idulfitri 1446 H di Masjid Jamik Al Qanitin, Skip Medan Petisah, Senin (31/3/2025).
Dengan demikian, lanjutnya seluruh anggota keluarga akan merasakan suasana surga di dalamnya. Baiti jannati (rumahku surgaku). Kalau ini terlaksana secara kontinu dan istiqomah dalam keimanan. Maka rumahku surgaku akan kita rebut kembali di surga dan di sana kita akan mengadakan reuni keluarga.
"Untuk itu mari kita sekeluarga bahu-membahu saling mengingatkan dan tolong menolong dalam kebaikan agar kita sekeluarga bisa bertemu dan reuni di Surga. Karena pada dasarnya setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah dipimpinnya," pinta Muhammad Alif.
Dai Muda Internasional dan aktivis kemanusiaan ini menyebutkan “setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka.
Begitu juga seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menyinggung tentang Palestina, Muhammad Alif sedikit merenung dan mengambil pelajaran dari Keluarga Palestina. Dia melukiskan hari ini Palestina secara fisik memang sedang terjajah, tapi hal itu tak mengurangi kemerdekaan mereka untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
"Rakyat Palestina tetap merdeka walau terjajah. Sebab mereka bebas bahkan berani unjuk keimanan dan ketaatan kepada di hadapan penjajah Yahudi. Keluarga-keluarga Palestina berlomba berinvestasi dengan mengirim anak-anak mereka untuk maju di garis terdepan melawan penjajah Yahudi. Sebagaimana hampir di setiap sudut-sudut rumah, lahir generasi cilik para penghafal al-Qur’an," kata Muhammad Alif.
Di hadapan jemaah yang memadati Masjid Jamik Al Qanitin, Aktivis Kemanusiaan Indonesia, Yordania, Turki, Mesir dan Palestina ini menyebutkan spirit kebahagiaan itu hakiki.
Kini pemandangan di Palestina tak jauh dari darah yang berpendar di mana-mana, puing-puing reruntuhan nyaris terserak di setiap sudut kota, bahkan lonceng kematian seolah tak pernah berhenti bergema di sana. Namun itu semua tak mengurangi wajah-wajah ceria dan kebahagiaan yang dimiliki oleh umat Islam Palestina.
Di sini hendaknya umat Islam menyadari, kebahagiaan itu bukan terletak di luar manusia. Ia tidak diukur dengan tumpukan harta dan materi lainnya. Sebab kebahagiaan hakiki itu lahir dari jiwa-jiwa yang merdeka. Benih itu tumbuh di hati-hati yang sarat keimanan dan ketaatan di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan karena perbuatan sia-sia apalagi kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Spirit kecintaan kepada al-Qur’an
Muhammad Alif menambahkan berada di front line (garis depan) fi sabilillah tentu bukan perkara mudah untuk dijalani. Amalan ribath dan jihad adalah puncak tertinggi (dzarwah sanam Islam) dalam proses keislaman dan keimanan seorang Muslim. Bergelut dengan jihad fi sabillah tentu butuh suplai dan asupan iman yang tidak sedikit. Salah satunya dengan kecintaan rakyat Palestina kepada al-Qur’an. Para remaja dan pemuda Palestina adalah generasi-generasi yang lahir dan tumbuh dari lingkungan al-Quran.
Bayangkan katanya lagi rumah-rumah mereka tak pernah sepi dari bacaan dan pengajaran al-Qur’an. Dikabarkan umat Islam Palestina bahkan saat ini memiliki kekayaan berupa ribuan hafidz-hafidzah(penghafal) al-Quran.
Ustadz Muhammad Alif Khalifah menyimpulkan dari Khutbah yang khotib sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini adalah tentang lima cara membangun Keluarga Islami yang dirindukan Surga:
1. Menjaga Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya
2. Memperkukuh Rasa Cinta dan Kasih Sayang di dalam keluarga karena Allah
3. Mendekatkan Diri dan keluarga dengan amal sholih dan Al Qur’an
4. Saling mendoakan antar sesama
Selain nikmat kebersamaan bersama keluarga di surga, orang-orang beriman kelak juga berbahagia saat melihat wajah Tuhannya. Dan ini adalah kenikmatan tertinggi di akhirat. Wajah mereka berseri-seri melihat kepada Tuhannya.“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka Melihat.”(QS. Al Qiyamah [75]: 22-23)
"Mudah-mudahan dengan keberkahan ibadah puasa Ramadhan tahun ini kita dapat meraih kebahagian yang hakiki, kebahagian hidup dalam ketaatan kepada Allah di dunia, begitu juga kebahagian abadi di akhirat saat bertemu dengan Rabbul ‘aalamin. Amiiin," pinta.Muhammad.Alif Khalifah.(Tiar/MMC)